Jakarta – Anggota Komisi I DPR Fraksi Golkar Nurul Arifin menanyakan hasil kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke beberapa negara terkait perang antara Rusia dan Ukraina saat rapat kerja bersama Menlu Retno Marsudi.
“Saya hanya ingin tahu tentang, sebetulnya Ibu, tentang kunjungan Bapak Presiden yang ke Jerman, ke Rusia, dan Ukraina, itu hasilnya seperti apa?” kata Nurul Arifin saat rapat kerja di gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (1/9/2022).
Baca juga:
Jokowi Akui Sulit Buka Ruang Dialog Putin dan Zelensky
Nurul mengatakan sampai saat ini penjelasan mengenai kunjungan Jokowi ke Ukraina hingga Rusia baru didapatkan dari media. Dia pun menanyakan apa yang Indonesia dapatkan dari kunjungan-kunjungan Jokowi tersebut.
“Yang kita tidak pernah dapat penjelasan, hanya dapat dari media. Apa yang kita dapatkan? Karena Ukraina sendiri melihat kecewa terhadap Indonesia yang dianggap tidak konsisten begitu ya dan Ibu juga pernah memanggil kedutaan Ukraina terkait ini, yang saya baca seperti itu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nurul juga menanyakan munculnya isu di masyarakat soal standar ganda Indonesia terhadap konflik-konflik yang terjadi di dunia saat ini. Termasuk, kata dia, soal konflik di Jalur Gaza.
READ MORE
“Kemudian dianggap Indonesia punya standar ganda dalam menghadapi, menyikapi Israel dan Jalur Gaza dengan situasi Ukraina. Kemenlu pernah sampaikan dan telah panggil Dubes Ukraina dan saya ingin tahu seperti apa perkembangannya begitu,” kata dia.
Jokowi Akui Sulit Buka Ruang Dialog
Seperti diketahui, Presiden Jokowi kembali menceritakan momen pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Jokowi mengaku sulit membuka ruang dialog antara Putin dan Zelensky.
“Saat saya ke Ukraina kemudian ke Rusia ketemu Presiden Zelensky dan 1,5 jam saya berbicara dengan Presiden Putin 2,5 jam saya berbicara. Saya lihat saya sebetulnya ingin agar ada ruang dialog, tapi di lapangan saya lihat sulit untuk mempertemukan dalam sebuah ruang dialog antara Presiden Putin dan Presiden Zelensky sehingga saya berbelok saat itu,” kata Jokowi dalam pengarahannya di acara Kadin di TMII, Jakarta Timur, Selasa (23/8).
Jokowi akhirnya membelokkan isu pembicaraan itu ke krisis pangan. Dia membeberkan stok pangan di Ukraina dan Rusia yang tertahan dan berdampak terhadap situasi di negara lain yang mengalami kesulitan.
Baca juga:
Jokowi Banggakan Indonesia Ada di Puncak Kepemimpinan Global
“Jadi saya belokkan ke krisis pangan saja, sudah saya mau berbicara ini. Presiden Ukraina menyampaikan di Ukraina ada stok 22 juta ton, ditambah panen baru 55 juta ton, artinya 77 juta ton ada di Ukraina. Ditambah di Rusia saya tanya ke Presiden Putin berapa sih gandum di Rusia? 130 juta ton, total 2 negara itu sudah 207 juta ton, kita makan beras hanya 31 juta ton, ini 207 juta ton tidak bisa keluar. Bapak-Ibu bisa bayangkan, negara-negara yang mengimpor dari sana, terutama Afrika, saat ini berada dalam kondisi sangat sulit,” beber Jokowi.
Jokowi mengatakan dunia saat ini dilanda situasi ketidakpastian. Setiap negara di dunia mengalami krisis yang bertubi-tubi.
“Inilah yang kita hadapi sekarang ini, sebuah keadaan dan situasi yang tidak mudah situasi yang sangat-sangat sulit dan bertubi-tubi karena krisis kesehatan masuk ke krisis pangan, krisis energi masuk ke krisis keuangan, tidak mudah. Untuk pangan saja sangat mengerikan,” imbuh Jokowi.
Sumber: Baca artikel detiknews, “Nurul Arifin Tanya Menlu soal Hasil Kunjungan Presiden ke Rusia-Ukraina”